Monday, January 15, 2018

Pelajaran Baru






Sudah lama tidak menulis. kali ini, biarkan saya menulis dengan jujur apa yang saya inginkan dan apa yang akan saya lakukan kedepan. bahwa mengeluarkan keinginan dan rencana kedepan dengan tulisan merupakan suatu latihan.

Dunia Marketing, Business Development dan dunia Start Up merupakan dunia yang kini menarik perhatian saya. tepatnya setelah saya pernah gagal membangun usaha sendiri. mendisplikan diri dalam mengikuti perkembang dunia Marketing, Business Development dan dunia Start Up memancing untuk berbuat banyak di pekerjaan.

kini, saya bekerja di Startup social bernama KawanBaik.id. kawanbaik,id merupakan platform untuk memberikan layanan kepada amil dalam paya meningkatkan potensi penerimaan ZIS dan amal sosial melalui kampanye ZIS terintegrasi.

kata-kata terkahir yang membuat saya tertarik, kampanye ZIS terintegirtas. saya suka dunia Marketing, dan disini saya mendapatkan tantangan, bagaimana layanan kampanye ZIS terintigritas dari Kawanbaik ini berjalan.

Target Kawanbaik yang saat ini tengah bekerjsama dengan Bazis DKI. dalam hal ini kawanbaik menyediakan aplikasi untuk Bazis DKI, harus memiliki user 10,000. dengan target user 10,000 itu aktif sebagai donatur.

mencari 10,000 user aktif menjadi tantangan tersendiri bagaimana memikirkan strategi dalam mencari user aktif tersebut.

kemarin, sempat membuat strategi bagaimana mencari 10,000 user aktif. namun, lagi - lagi, bahwa orang - orang mengeluarkan ide hari ini sangatlah mudah. yang terpenting ialah bagaimana mengekseskusi ide itu menjadi kenyataan.

sehebat - behatnya ide tidak akan dicatat dalam sejarah. sekecil tindakan mungkin lebih berguna dibanding ide besar tanpa eksekusi.

Dunia Marketing, Business Development dan StartUp tiada akan ada jika semua hanya ide belaka. bagaimana mengeksekusinya merupakan pilihan.

Saturday, May 13, 2017

Banyak Yang Sudah Loncat



Manusia makhluk yang berpikir. Filsuf barat entah itu Plato atau Aristoteles ana lupa, mereka punya ungkapan yang dieluh-eluhkan " aku ada karena aku berpikir " memang kata itu menjadi kodrat utama manusia yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Ana dulu mengedepankan Logika, Mengedepankan buku-buku dan pemikiran tokoh lain selain AL-Qur'an dan Sunnah. Dulu saat SMA ikut Bimbel guru Biologinya sangat Islami, ana akui ana agak Jijik melihatnya. Astagfirullah. Namun menyimpan tanda tanya, kenapa orang ini begitu islami, mengapa orang ini begitu kokoh dan tebal keimanannya?

Apakah dia telah membuktikan secara ilmiah bahwa tumbuhan itu bertasbih, sehingga ia menemukan tanda-tanda kebesaranNya? Sehingga ia merupakan orang-orang yang sudah loncat tembok tinggi yang memisahkan antara alam logika dan keimanan, sehingga setelah loncat melewati tembok tinggi yang memisahkan logika dan  keimanan itu kini yang dijalaninya ialah ketakwaan.

Karena saat itu ana udah tahu ada ayat yang bilang makhluk Allah SWT bertasbih memuji Yang Maha Pencipta. namun propaganda media terhadap agama ini sungguh dahsyat, sehingga masuklah ke dalam alam bawah sadar ini.

Dalam surah Al-Isra ayat 44 telah disebutkan bahwa Allah SWT berfirman, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, akan tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Yang menjadi pemikiran ana kala itu, mungkin orang ini telah diberikan hidayah saat ia meneliti tumbuh-tumbuhan dan ia melihat bagaimana tumbuh-tumbuhan itu bertasbih sesuai surat Al-Isra ayat 44. dan fenomena saat kuliah ana melihat jurusan Fakultas MIPA cetakannya hampir sama, orang-orang yang taat akan agama. sedangkan anak-anak FISIP orang-orang seperti dia minoritas. 

Tapi yang ana tahu, hari ini, banyak orang-orang diluar didikan IPA seperti guru Biologi ana itu telah meloncat setelah mengetahui kebenaran apa yang dikandung Al-Qur'an dan Sunnah nabi Muhammad SAW. Ana Sendiri yang dasarnya didikan IPS, dulu melihat Islam itu kacau, namun Alhamdulillah, setahun yang lalu dapat sedikit kisi-kisi dari ceramah Zakir Naik dia bilang kalo mau melihat agama ini jangan dilihat dari para pengikutnya, tapi lihat kitab sucinya.

dari situ ana menyadari ana islam yang masih harus belajar agama ana dari kitab sucinya dan sunnah nabinya, karena tidak ada keraguan yang ada didalamnya. banyak disekeliling ana yang sudah loncat tembok tinggi dari logika ke iman.Masya Allah. berkat mudahnya mendapatkan ceramah dari ustad-ustad yang selalu merujuk sunnah dan Al-Qur'an tidak pernah keluar dari jalur itu. 


Seperti kisah inspirasi yang ana kutip ini, karena mendekati Bulan Ramadhan mari kita mempertebal keimanan kita, ini dia kisah yang telah meloncati tembok tinggi.. hal-hal seperti ini, dijaman belum berkembangnya teknologi sosial media, pasti tidak akan naik ke permukaan.

https://www.instagram.com/p/BUBsOf8jBHK/






Sunday, May 7, 2017

Bismillah





BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIN





kata Basmalah, kalimat sederhana dan mudah yang seharusnya ana sebagai muslim membiasakan diri untuk mengucapkannya tatkala memulai sesuatu. kata itu merupakan ucapan doa yang berarti ' dengan menyebut nama Allah yang maha mengasih lagi maha penyayang. 

dari kata itu pula, ana ingin menggoreskan sebuah angan, mimpi dan harapan yang ana ingin tuju dalam tulisan ana berjudul basmalah ini. dengan harapan bahwa semua bisa dimudahkan prosesnya oleh sang Pengasih lagi maha penyayang, Allah SWT.

sebelumnya ada alasan mendasar kenapa ana ingin menuliskan mimpi ana sepuluh tahun lagi dari sekarang ini, ana tulis di blog pribadi ini, agar ana jika tidak kesampaian apa yang ana angankan ini disuatu saat nanti ana malu, dan berintropeksi diri, ngapain aja ana selama ini. diberi nikmat sehat jasmani maupun rohani tapi ana tidak mampu memanfaatkan dengan baik.

mimpi ana di sepuluh tahun kedepan merupakan sebuah ungkapan rasa syukur ana jika masih dikarunia kesehatan. jika sang Pencipta berkehendak, ana akan upayakan mimpi ana ini terwujud Insya Allah. 

saat ana menuliskan ini, usia ana tiga puluh tahun lebih satu bulan. umur yang matang. dan umur yang rasanya cukup untuk bermain-main dan mari lebih fokus untuk mewujudkan mimpi.   sebelumnya, ana tidak pernah memprogramkan, mengatur dan merencanakan ingin seperti apa ana di beberapa tahun kemudian. 

oleh kerena itu, ana ingin rubah semunya. ana ingin punya program untuk diri ini, ingin seperti apa ana disepuluh tahun yang akan datang. 

kata Basmalah merupakan kata yang tepat untuk mengawali mimpi ana, untuk merancang program sepuluh tahun kedepan ana ingin seperti apa. 

Bimillahhirahmanirrahim ana berangan-angan sepuluh tahun kedepan ana ingin menjadi Gubernur DKI. iya, itulah mimpi dan angan-angan ana ingin jadi apa sepuluh tahun kedepan. 

namun untuk sampai  dan meraih mimpi ana, ada beberapa pencapaian yang harus ana kejar dan capai agar ana bisa menjadi Guburnur DKI tersebut. yang paling penting dan utama, ana ingin belajar terus ilmu agama. Isya Allah mudah-mudahan Allah SWT mudahkan ana untuk sudah bisa hafal Al-Qur'an tiga puluh Juz sebelum akhirnya ana menyalonkan dan menjadi Gubernur DKI Jakarta.

berjalan bersamaan itu juga ana berharap kepada Allah SWT ana dimudahkan untuk bisa punya perusahaan sendiri, yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. bisa mengembangkan Indonesia secara keseluruhan lewat perusahaan yang sedang ana buat  bersama teman ana.

Insya Allah semua sedang ana usahakan. dan dipostingan ini, ana akan mulai dengan melantunkan kata Bismillahirrahmanirrahim. dengan Menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, semoga yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang memudahkan jalan ana. amin ya robbal alamin.

Tuesday, July 12, 2016

Ade HK Nama Bikinan Sendiri.

jakarta,12 Juli 2016.

ini cerita saya pribadi, perkenalkan nama saya Ade HK, nama itu merupakan nama panggung yang saya buat sendiri atau nama media sosial, mengapa saya tidak menamakan nama asli saya pada account-account media sosial saya? alasannya biar pas dicari di google gampang, enggak numpuk. enggak susah SEOnya, se simpel itu.

Sunday, May 22, 2016

RENA



HUJAN DAN WANITA




Saat ku tuliskan ini untuk mu Rena, hujan mengguyur Jakarta. ini rintik hujan penuh kenangan. saat kota Jakarta yang hujan tiga bulan lalu, aku mengenalmu Rena. jauh sebelum itu, aku memang sudah memperhatikan mu Rena. melihat gerak gerikmu serta melihat tingkah laku mu. Aku senang dengan sifat kekanak-kanakan mu, aku juga senang dengan sifat ke-ibuan, kau juga memiliki sifat manja dan sifat manja itu lah yang mengemaskan. itu telah membuat aku jatuh cinta padamu Rena, walau aku belum mengenalmu saat itu.

Hingga suatu kejadian yang tidak disengaja, pernah kita duduk dalam satu meja yang sama dikantin kampus, kau bersama dengan teman-temanmu dan aku pun bersama dengan teman-teman ku, kita semua tidak saling kenal, tetapi aku telah mengenal tingkah laku mu Rena. saat itu juga, aku ingin memperkenalkan diriku pada mu Rena. telah banyak cara yang ku susun dalam kepala ku untuk berkenalan dengan mu, tetapi semua cara hanya menjadi gunung yang bisu dalam kepalaku, tanpa berani aku letuskan untuk memperkenalkan diriku. aku malu, aku sangat malu saat itu.

Kejadian dikantin kampus pada saat itu, telah mangajari dan meyakinkan diriku. bahwa engkau telah tau, aku ada untuk memeperhatikanmu. perasaan yakin dalam diri, aku dapatkan, setelah aku dan kamu sama-sama mencuri pandang saat itu juga.

Sejak kejadian itu, aku berjanji dalam diriku untuk mengunakan peluang sekecil apapun untuk mengenalmu Rena, hingga terjadilah hujan mengguyur Jakarta di tiga bulan yang lalu. aku tau jika kau pulang, kau selalu sendiri. hingga aku menggunakan peluang itu untuk mengenalmu Rena. Sengaja aku menunggu mu dihalte depan kampus, hingga benar hanya kau dan aku disana. saat menunggu hujan reda, baik aku maupun kamu tidak ada kata-kata terucap. hanya suara rintik hujan dan lalu lalang kendaraan telah mengisi kebisuan antara kita. Kali ini rena, dan memang tuhan telah menjawab keinginanku untuk memberikan kesempatan berkenalan dengan mu. Kalimat pertama untuk mu Rena,

“mau kah pulang bersama dengan ku?” Kau tidak menjawabnya Rena, tetapi hanya mengangguk mau untuk ku antar pulang.

Dalam perjalanan kau tidak berkata-kata, makin gugup aku membuka pembicaraan dengan mu. hingga mendekati rumahmu pun, kau berbicara seadanya, hanya kau tunjuk-tunjuk arah rumah mu. sampai aku bingung sifat apa yang ingin kau tunjukan saat itu. bigitu dingin sifatmu seperti rasa dingin sehabis hujan. sesampai dirumahmu, baru sifat hangatmu keluar. mempersilakan ku masuk dan memberikan teh hangat untuk menghangatkan dingin sehabis hujan. saat pertama membicarakan apapun tentang apapun dihalaman depan rumahmu, waktu terlarut dengan cepat. Tidak ada perasaan bosan dalam diriku, kau memberikan kesan pertama yang sangat mendalam.

aku malu jika harus menuliskan perasaan ku saat itu disini, tetapi untuk mu rena, inilah perasan ku, saat kita pertama kali menghabiskan waktu bersama. Saat itu, aku tidak ingin melepeskan pandanganku selain ke paras wajahmu, kau begitu mempesona ku Rena. bukan itu saja, saat berbicara kau pun sangat mempesona ku. karena pembicaraan yang kau bicarakan adalah wawasan yang luas, kau bicara dengan pemahaman yang dalam akan suatu masalah sehingga kau tidak seperti orang yang omong kosong, dan kau mendengarkan pembicaraan dengan telaten untuk memahami setiap pembicaraan yang tidak kau mengerti. Hingga kau dan aku tau siapa Pablo Picasso hingga kita tau Siapa itu Antonio Blangko, kita membicarakan tokoh dunia dan membicarakan sejarah dunia, pendapat kita pun sama dan kebiasaan kitapun sama, pendapat kita sama tentang acara televisi. Kita berpendapat televisi menghibur masyarakat sekaligus membodohinya, hingga televisi membuat otak masyarakat kita seperti permukaan air tanah pada musim hujan, dangkal. kebiasaan kitapun sama, untuk lari dari pembodohan televisi adalah dengan banyak membaca.

Rena saat itu dimalam itu pula, kita tau bersama. kau dan aku tiada apa-apa, tetapi setelah malam itu reaksi kimia berproses dalam diri kita, kita sama-sama merasakan kerinduan, senang yang tidak biasa, buta mata namun hati terbuka untuk mu dan untuk ku. Rena tidak jauh dari kejadian malam itu. kita memang memikat janji atas dasar yang sama, dan atas rasa yang sama, aku dan kau kini ada apa-apa, ada komitmen.

Rena semenjak aku kenal dengan mu dan menjalani komitmen itu, aku mulai belajar. Aku beli kanvas banyak-banyak, aku beli cat air banyak-banyak dan aku beli kuas banyak-banyak, aku mulai belajar menjadi pelukis. Aku senang melukis hewan, karena dengan melukis hewan aku dapat menggambarkan sifat-sifat mu Rena, aku menggabar ke elokan Bunglon untuk mu Rena, aku melihat sifat mu dan bunglon hampir mirip, kau dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sensitif akan suatu perubahan. Yang ku suka, kau dengan mudah merubah sifat mu sesuai dengan keadaan diri ku. kau dapat seperti ibuku, saat aku memerlukan kehangatan kasih sayang. kau dapat menjadi seperti anak kecil yang menggemaskan, saat aku memanjakan dirimu. dan kau dapat berpenampilan seperti Bunglon yang anggun, saat kita menghadiri suatu pesta.

Rena walaupun setiap malam aku dan kamu tidak dapat bertemu tetapi aku selalu ingin menghangatkan malam mu, saat malam hanya lelah memang yang tersisa, Tetapi aku tidak lelah untuk merangkaikan kata-kata melalui pesan singkat. Walau aku tau Rena, telah banyak kata-kata di dunia ini yang telah terpakai, dan terangkai menjadi puisi oleh pujangga, kata-kata menjadi syair oleh penulis lagu, dan oleh filsuf kata-kata itu menjadi kata-kata bijak. Aku mencari sisa dari kata-kata yang belum terpakai di dunia ini. sehingga ku pilihkan kata-kata yang memiliki makna untuk menggambarkan perasaan ku padamu. Semoga kau tak menggap aku menggombal.

Rena hujan diluar telah reda menjadi tetesan kecil yang dengan mudah terbawa angin. saat ku tuliskan ini untuk mu, aku akan mencantumkan impianku dan anggan-angan ku bersamamu Rena. Rena, pernahkah kau melihat keadaan sekitar melalui ketinggian ?, jika belum inilah impian ku, aku ingin suatu saat kita dapat bersama melihat matahari terbit dengan menggunakan Balon Udara. pada Balon Udara itu, hanya ada kau dan aku didalamnya. melihat dari segala arah adalah pemandangan terbuka. di ketinggian tiga ribu kaki kita akan mengarungi luasnya lautan, di Balon Udara tersebut Rena, saat memandang ke timur di garis pertemuan antara langit dan laut kita menuggu matahari terbit disana, berlahan-lahan sinarnya akan menguningkan permukan laut, dan saat itu gemercik air laut memantulkan sinar matahari ke mata kita, hingga membuat silau mata kita, aku ingin seperti matahari itu Rena dalam kehidupan mu, memberikan terang yang menuntun hidup mu, aku ingin menjadi sesungguh - sungguhnya kekasihmu Rena, kelak aku ingin kau menjadi ibu dari anak-anak ku.

Rena di tiga bulan ini, aku sangat senang saat memadu kasih dengan mu. Hinggga, aku mencoba menuliskan kesenangan itu di atas sebuah permukaan air, tetapi belumlah ku selsai menuliskan satu kata, kata itu terburu tersapu. Apa maksud dari semua ini Rena, apakah kebahagian dalam bercinta hanyalah kebahagian semu? Apakah cinta yang diibaratkan oleh pemikir cinta benar adanya, dia mengibaratkan cinta bagaikan sebuah benda, yang jika tersinari matahari akan memiliki bayangan disekitarnya, dan bayang-bayang dari cinta adalah penderitaan.

Tetapi Rena jika benar adanya seperti itu, aku telah membawa cinta kita untuk disinari oleh matahari, entah apa bayang-bayang dari cinta kita Rena, aku belum dapat jelas melihatnya, semoga saja tidak dan bukan itu bayang-bayang dari cinta kita Rena.
Semoga saja sinar matahari itu bukan harta, bukan paras wajah, dan bukan juga pangkat dan jabatan. jika sinar cinta kita benar-benar bukan itu, maka bayang-bayang dari cinta kita adalah kebahagian.

Rena apapun adalah kau. kini saat ini kau adalah aku, karena kau rena aku menulis ini. iya, karena kau bukan orang lain, dan memang benar-benar kau. karena engkau adalah “fantasy”. yang hadir saat ku tulis INI..



Rakab lah,,,,,,,hahahhaha………







Inspirited by The Sastro “Kaktus”


Ade Irawan. Jakarta,070110

Suatu Senja yang Sempurna


Pada suatu senja yang sempurna
( Maafkan aku Rena )







Pada suatu senja yang sempurna, aku duduk di kursi depan meja belajarku sambil memandang ke langit, melalui jendela kamarku terlihat guratan awan yang berpadu dengan langit senja menghasilkan lukisan alam yang sempurna. Aku yang baru akhir-akhir ini belajar melukis, tiada mampu menangkap keindahan senja yang terus berubah setiap saat.
senja yang indah namun tidak pernah abadi, sekejap akan hilang menjadi malam.

Kepulan asap tiada henti aku keluarkan dari mulutku, sebatang dan sebatang lagi. dalam asbak di meja belajarku sudah penuh dengan puntung-puntung rokok yang tiada menentu berapa jumlahnya, berserakan berantakan bercampur dengan paper-peper tugas kuliahku, gelas-gelas kosong, dan satu botol bir yang setengah terisi menemaniku menikmati senja.

Matahari senja yang melewati jeriji-jeriji jendela kamarku membayang sempurna di lantai, dan di tempat tidurku. Wajah rena yang sedang tertidur pulas tersapu oleh lembutnya sinar matahari senja. Nafasnya teratur saat ia tidur, bibir tipisnya terlihat tersenyum, mungkin ia sedang bermimpi. Antara mimpi dan kenyataan hanya dibatasi oleh satu kejapan mata yang menahan kantuk. Aku rasa bukanlah kantuk yang membuat rena tertidur sampai sepulas itu, malainkan rasa lelah.
Sudah semenjak siang , ia telah menemaniku di kamar ini.

******************************


Di hari yang panas siang itu, sinar matahari yang langsung mengenai kulit terasa begitu keras. Pohon-pohon yang besar di area kampus ini masih dapat menjagaku dari sinar matahari, aku bejalan menuju kampus dengan tergesa-gesa siang itu. Hanya satu tujuanku, bertemu dengan Rena.

Selepas jam kuliah, aku langsung mengajak Rena ke kosanku, jarak dari kampus ke kosan tidak seberapa jauh, hanya berjalan melewati selasar yang kanan kirinya toko,toko,toko, tempat makan, warnet, pertigaan, toko, dan jalan besar. Setelah menyebrang jalan besar itu terus saja berjalan lurus ketika menemukan tikungan pertama berbelok lalu tidak seberapa jauh dari situ ada pagar berwarna coklat yang halamannya masih sejuk dengan pepohonan.

Ada beberapa petak kamar di gedung yang aku pikir lebih menyerupai kelas-kelas perkuliahan. Gedung itu bertingkat tiga dengan ruangan sejajar sebanyak delapan kamar, kamar yang aku sewa untuk menjadi kosanku berada di lantai paling atas dan ujung, ada alasan mengapa aku tidak memilih kamar kosan di lantai paling bawah, aku merasa dengan kamarku di lantai paling atas makin jarang orang untuk mondar – mandir melewati kamar kosanku. Jadi, tidak ada alasan bagi penghuni lain untuk naik ke atas kecuali penghuni kamar di lantai yang sama denganku.

Setelah berpacaran dengan rena sudah seberapa sering ia main ke kosanku, kali ini mungkin yang kesekiankali, jika di hitung menggunakan banyaknya jari tangan, sudah tiada dapat di hitung lagi. Kali ini bukanlah tanpa alasan aku mengajaknya ke kosanku. Kini, ia mulai tahu apa yang aku lakukan di dunia maya. rena sangat marah ketika ia mengetahui cerita cintanya denganku, aku jadikan bahan tulisan untuk menulis cerpen, bukan karena aku menulis cerpen tentang proses temu kenal kami yang membuatnya marah, tapi akhir dari cerpen itu yang membuatnya ia benar-benar marah kepadaku. Tahulah ia, aku menganggapnya hanyalah sebuah hayalan belaka. Tidak jemu setelah ia mengetahui cerpenku, ia selalu saja membahasnya. ia marah bahkan lebih dari marah. Entahlah, apa yang bisa aku gambarkan akan tidakannya padaku setelah ia mengetahui cerpen yang aku buat.
Sudah seminggu ia marah denganku. di seminggu itu, ketika kami saling berpapasan di kampus ia milihatku seperti orang yang tidak mengenaliku. lewat begitu saja. melirikpun tidak, bahkan lebih terlihat “jijik” jika harus bepapasan denganku. Aku mencoba memaklumi sikapnya kali itu. Mungkin, ia ingin aku berfikir akan kesalahan yang aku buat.
aku tidak dapat membayangkan apa yang akan ia lakukan. Jika pada saat ia baru mengetahui tulisanku di dunia maya, amarah kekesalanya langsung di laupkan semuanya hari itu juga, mungkin yang terjadi adalah kemarahan yang mengelegar bagaikan Guntur yang menyambar dan membabi buta. Memang tidak bagus jika harus menyelesaikan suatu masalah dengan emosi mengepul di kepala, semua yang keluar dari emosi adalah amarah. Amarah yang bukan menyelesaikan masalah, malah membuat keruh masalah itu sendiri.
Sudah seminggu ia tidak membalas pesan singkat yang bernada permohonan maafku, sudah seminggu juga ia tidak mengangkat telfon dariku, dan di seminggu itu juga ia tidak mau kenal denganku.

hari ini, aku menunggunya di depan kelasnya. tahu ia keluar kelas langsung aku mengahampirinya, tidak ada alasan lagi baginya untuk menghindar dariku.

“Rena sayangku, aku tersiksa dengan sikapmu seperti ini, sampai kapan kau ingin menyiksaku dengan kebisuanmu?”

aku berkata demikian padanya, aku melihat sinar di wajahnya adalah rasa empati akan perasaan galou yang aku rasakan. Hampir saja matanya berkaca melihat kesuraman di wajahku. Aku tahu ia masih menyayangiku, sampai-sampai tak sampai hati untuk menyiksaku dengan kebisuannya, tidak ada amarah yang paling dahsyat melebihi diam
.
Setelah aku meminta maaf padanya secara langsung. Kini, ia terlihat mau mendengarkan alasanku untuk menjelaskan masalah cerpen itu. Setelah itu, aku mengajaknya ke kantin kampus. suasana kantin yang ramai tiada mengahalanggi kami untuk berbicara serius menyelesaikan masalah kami
.
Cerpen itu, cerpen untukmu Rena, cerpen yang aku buat seperti tulisan fiksi belaka, kami bahas sembari makan siang


Ade HK, Jakarta, 21-25 maret 2010

Kami membicarakan John Lennon dan Imagine

Aku menekankan padanya bahwa karya seni terlebih-lebih cerpen memiliki roh di akhir cerita, dan hal itulah yang membuat seorang penulis cerita di anggap sukses atau tidak ialah kepintarannya menutup cerita yang ia buat.

“aku meminta maaf Rena karena membuat cerita cinta kita terlihat seperti fiksi belaka, aku benar-benar meminta maaf padamu Rena, tidak ada alasan lain selain ingin menutup cerpenku dengan hal demikian, selebihnya aku benar-benar sayang padamu.” Aku berkata demikian padanya.

.
“Sayang” iya Rena,

“kalo gitu maafkan aku, jika baru pada hari ini aku bisa mendengarkan alasanmu tentang cerpenmu itu, aku tidak bisa marah padamu, aku menahan kemarahanku dengan diam, ” Rena memberikan alasan untuk kebisuannya selama seminggu ini, seminggu kami tanpa berkomunikasi hanya aku yang selalu menghubunginya.

Setelah kami berpacaran, aku yang memang memintanya untuk membuat kembali profile dirinya di situs jejaringan. Setelah hampir tiga bulan profile dirinya di dunia maya tidak dapat di bukanya.
Aku berpendapat bahwa situs jejaringan yang kini ada. dapat di gunakan untuk mengcontrol hubungan kami. karena siapa saja orang yang dekat dengannya di dunia nyata akan terproyeksikan di situs jejaringan tersebut, entah melalui foto-foto, wall to wall, atau dari comment status-statusnya.

Rena menyudahi makannya akupun juga. Setelah itu, kami bergegas meninggalkan kantin dan menuju ke kosan.

Kami meninggalkan keramaian, suara berbisik, suara agak keras, teriakan memanggil, suara sendok menghantam piring, gelas yang beradu satu sama lain saat di angkat pelayan kantin, berlahan suara-suara itu hilang seiring langkah kami yang menjauhi suasana kantin. Kami memotong jalan untuk sampai ke kosanku, melawati jalan setapak yang di kanan kirinya di tumbuhi pepohonan. Rasanya kami terjaga dari teriknya sinar matahari. Ruang di antara jari tanganku terisi oleh halusnya tengan rena, selama kami melewati jalan setapak tanganya tidak lepas dari tanganku.

sambil melangkah Kami berbicara mengenai masa hidup pepohonan yang kami lewati.
“pohon Angsana yang besar itu Rena, lihatlah di tepi jalan ini. Pohon itu mungkin yang paling tua di antara yang lainnya, telah hidup lama mungkin sebelum kita ada di dunia ini, atau bahkan sebelum gedung-gedung di area kampus ini ada pohon itu telah ada dan tumbuh dengan sendirinya atau bahkan di tanam oleh seorang namun tidak pernah di ketahui siapa penanam pohon itu”

“Aku ingin hidup seperti pohon Angsana itu Rena, yang selalu memberikan manfaat untuk lingkungan di sekitarnya, pohon itu kuat dan awet, jika ia tetap hidup ia akan berguna membersikan udara yang tercemar oleh ulah manusia,” kataku.

Berlahan langkah kami Mendekat, semakit dekat, semakin dekat lagi dengan pohon Angsana itu, kami sempat berhenti sebentar lalu berjalan kembali untuk melawati pohong angsana itu. Jalan-jalan setelah melewati pohon angsan itu adalah selasar yang kanan kirinya toko alat tulis, toko buku, toko computer, toko baju, warnet, rumah makan, toko baju, pertigaan, toko alat tulis, dan jalan besar.

Saat sampai di kosanku, udara siang yang begitu panas menyelimuti kamarku. aku buka jendela dan pintunya lebar-lebar , kipas yang berada di sudut kamar aku nyalakan dengan kekuatan besar. kipas itu memutar dan berbunyi bagaikan suara baling-baling, udara yang panas di dalam kamar berlahan mulai hilang berganti hangat. Hangat, karena sinar matahari yang masuk melalui jendela masih terasa panas.

Rena yang telah mengetahui kebiasaanku, watakku, bahkan ia telah mengetahui setiap jengkal tubuhku terduduk di kursi depan meja belajarku, sebentar tubuhnya di dekatkan dengan kipas, bajunya yang tipis dengan warna dasar biru terkibas begitu dahsyat bersamaan rambut panjangnya. Aku yang memperhatikan setiap gerak geriknya, merasa sangat terkesan dengannya, dirinya yang sebentar mengusap leher sembari memainkan rambutnya.dan terkadang ia merapihkan rambutnya sambil melirik ke arahku. dan di situlah, di saat ia merapihkan rambutnya sambil melirikku jemu, aura kecantikannya memanahku dalam, dalam sekali, menusuk ruang hampa di hatiku.

Apakah memang setiap wanita di saat merapihkan rambutnya sambil melirik ke arah seorang pria, pria itu akan terpanah olehnya, dan memang pada ke sempatan itulah seorang wanita terlihat ke cantikannya keluar, keluar dari tubuhnya dan memanah siapa saja yang sedang memerhatikannya.


hari ini rena berpakaian sangat simpel, hanya memakai jins dan baju “tei dye”. Yang becorak kuning, merah, dan hijau yang melingkar di tengahnya. Selepas ia mendinginkan suhu tubuhnya ke kipas, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.
aku yang dari tadi duduk di tempat tidurku sambil terkadang memeperhatikannya di sela kesibukanku dengan beberapa kertas cigarette dan beberapa marijuana. satu, dua linting marijuana telah selsai. Dan saat rena keluar kamar mandi akupun telah meyelesaikan lintingan yang terakhir.

Ia telah mengetahui kebiasanku sejak awal kami berpacaran, awalnya ia sempat melarangku untuk tidak lagi mengkonsumsi marijuana. Marijuana, tumbuhan yang tumbuh subur di Negara ini. yang sempat identik dengan kaum hippies pada dasawarsa tahun 1960an sampai awal tahun 1970an. Marijuana di pakai sebagai bentuk perlawanan saat itu.

Rena yang sifat dasarnya juga seorang pemberontak mengerti setelah aku menjelaskan mengapa aku mengunakan marijuana.

Hidup ini sayang, hidup yang cenderung di gerakan oleh simbol-simbol dan di rayakan oleh simbol-simbol. Marijuana sayang, adalah simbol bentuk perlawanan generasi muda untuk melawan semua bentuk yang terorganisir dan mengharapkan terjadinya perubahan social dan politik, gerakan protes anak muda di tahun 1960-an kala itu telah melahirkan generasi hippies yang terenal sampai saat ini.


Selapas keluar dari kamar mandi Rena langsung mendekatiku ke tempat tidur, tubuhnya mendekapku begitu dekat-lenganku langsung di rangkul dan di peluknya. Ia memainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di sebagian wajahku, tekadang tangannya berada di daguku, di kumisku, dan di pipiku.

“Sampai kapan kau akan memelihara bulu-bulu halus di wajahmu ini sayang “ sambil tangannya meraba bulu-bulu halus di wajahku rena bertanya demikian,
“ mungkin sampai selebat dan sepanjang jenggotnya John Lennon, ketika ia dan anggota Beatles lainnya terpengaruh oleh ajaran Buddhisme, dan aku akan memanjangkan rambutku lebih panjang lagi dari ini.“jawabku.
“aku telah menonton film yang kau berikan padaku, aku senang dengan bentuk perlawanan John Lennon dan Yoko Ono untuk meneriakan “ make love “, “ War is Over” kepada pemerintahan Amerika saat itu. dan aku sangat benci polisi amerika, karena telah menangkap John St. Clear, aktivis yang sangat berpengaruh saat itu, namun harus di penjera selama 9-10 tahun karena memberikan dua batang marijuana pada dua wanita polisi yang menyamar” Rena membahas film yang aku berikan padanya.

“ aku bukan saja benci pada polisi amerika sayang, tetapi aku benci Amerika seutuhnya”

Sejenak kami terdiam, hanya suara kipas yang mengisi keheningan. Aku beranjak dari tempat tidur, sebentar melihat ke jendela, awan terlihat berjalan dan birunya langit menjadi warna dasar siang itu. Jam di dinding menunjukan jam satu tepat, aku berjalan berlahan menutup pintu kamarku, lalu menuju ke depan computer. diam beberapa saat karena bingung lalu segera teringat. aku memilih beberapa lagu lalu memasukan kedalam Winamp.
Saat aku berjalan kembali ke tempat tidur, sebuah lagu memecahkan keheningan di antara kami, rena yang masih duduk di tempat tidur sambil memperhatikan setiap apa yang aku lakukan tadi, kini ia tersenyum saat lagu “imagine” aku nyalakan, akupun membalas senyumannya,


Imagine there's no Heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky

Sambil menuju ke tempat tidur aku bertanya pada rena

“Apa yang akan kamu lakukan sayang jika di atas sana hanya langit. Iya, hanya langit ? ”
“ maka aku akan percaya, tidak akan ada neraka untuk kita” rena menjawab pertanyaanku.
Selanjutnya bibir tipisnya mendekap, bibirnya menyentuhku dengan lembut, aku membalasnya. kami saling bertatapan dengan tajam, tidak ada jarak antara kami. Aku memainkan lidahku, beradu, bercampur lembut, lembut, maka kami memajamkan mata untuk menikmatinya. sentuhan-sentuhan antara bibir kami terkadang di selingi permainan lidah yang nakal.

“Sebentar sayang” kataku, entah sejak kapan kami senang memadukan sentuhan antara bibir kami dengan asap pekat. Aku menyalakan Marijuaana, lalu menariknya dalam-dalam, hembusan pertamaku telah memberi aroma berbeda di kamarku, dan hembusan yang ke dua, aku keluarkan saat kami memadukan bibir-bibir kami, asap dari mulutku berpindah ke dalam tubuh rena melalui sentuhan bibir yang dahsyat.

Rena yang memang bukan perokok tidak menyukai jika harus menghisap marijuana secara langsung. Ia sangat suka mengisap asap marijuana melalui sentuhan bibirku, dengan begitu kami akan mendapakan sesuatau yang berbeda.

Bibir tipimu ini sayang tiada mampu aku menolak untuk mencumbumu, mungkin dari sentuhan bibirmu inilah aku tidak mampu menahan untuk menjelajahi tubuhmu, menelisik setiap jengkal lengkuknya munggunakan rabaan tanganku atau malah menggunakan bulu-bulu halus yang tumbuh di wajahku, terkadang bibirku berada di perutnya dan terkadang berada di tempat lain.






*************************************************************************************


.........nyambung lagi entar....

Ade HK

Jakarta, 21-3-10